“Kamu gak akan aku maafkan” teriak Chantika saat ketahuan
bahwa ujung pensilnya tak sengaja tertetes es krim coklat Quing Ling. “Tapi
Chan, aku ga sengaja” jawab Quing dengan muka memelas. Logat Chinanya sangat
kental. “Heh! Ini pensil aku beli dari Intermedia tau! Itu jauh dari rumah
aku!” lagi-lagi Chantika memarahi Quing Ling.
Aku hanya bisa menundukkan
kepalaku sambil memainkan game Flappy Bird di Smartphone sahabatku. Aku tidak
tahu harus apa. Karena aku geram melihat mereka, akhirnya aku memenangkan game
tersulit itu. Huft.
Tiba-tiba Quing Ling menghentakkan kakinya dan segera
berlari ke lapangan. Ternyata dia mau mengambil penghapusnya yang terjatuh, ku
kira dia kesal karena si Chant marah-marah. “Chan, kamu gausah gitu sih. Itu
cuma pensil! Bisa dilap atau beli lagi!” kataku dengan geram.
Tak kusangka, ternyata Chant yang hatinya kasar pun
menangis. Aku menjadi merasa bersalah. “Heh! Asal kamu tau ya, kenangan di
pensil ini banyak banget! Gabisa kalau cuma dilap!” jawabnya denganterbata-bata
karena menangis. “Udah jangan nangis” kataku. “Aku ga nangis, tapi ini nih! Ada
bawang di bawah kakiku!” jawabnya dengan ketus.
Aku pun mengambil bawang tersebut. Aduh mataku perih. Hey,
ada tulisan di bawang itu. Aku pun membacanya sambil menahan perih.
Dear Bawang, Setiap hari Chant marah-marah ke aku
–Quing Ling.
Lalu aku pun memutar bawang tersebut. Wah ada lagi.
Dear Bawang, kau tahu kan kalau aku sebenarnya cowok?
–Quing Ling
Apa?! Akupun kaget dan aku tanpa sengaja menjatuhkan bawang
tersebut. Tanpa kusangka, bawang tersebut meledak dan membuat sekolah kita
terbakar. Semua guru, murid, dan OB pun meninggal.
No comments:
Post a Comment