Feb 20, 2014

Bawang Harian Quing Ling

“Kamu gak akan aku maafkan” teriak Chantika saat ketahuan bahwa ujung pensilnya tak sengaja tertetes es krim coklat Quing Ling. “Tapi Chan, aku ga sengaja” jawab Quing dengan muka memelas. Logat Chinanya sangat kental. “Heh! Ini pensil aku beli dari Intermedia tau! Itu jauh dari rumah aku!” lagi-lagi Chantika memarahi Quing Ling.


Aku hanya bisa menundukkan kepalaku sambil memainkan game Flappy Bird di Smartphone sahabatku. Aku tidak tahu harus apa. Karena aku geram melihat mereka, akhirnya aku memenangkan game tersulit itu. Huft.

Tiba-tiba Quing Ling menghentakkan kakinya dan segera berlari ke lapangan. Ternyata dia mau mengambil penghapusnya yang terjatuh, ku kira dia kesal karena si Chant marah-marah. “Chan, kamu gausah gitu sih. Itu cuma pensil! Bisa dilap atau beli lagi!” kataku dengan geram.

Tak kusangka, ternyata Chant yang hatinya kasar pun menangis. Aku menjadi merasa bersalah. “Heh! Asal kamu tau ya, kenangan di pensil ini banyak banget! Gabisa kalau cuma dilap!” jawabnya denganterbata-bata karena menangis. “Udah jangan nangis” kataku. “Aku ga nangis, tapi ini nih! Ada bawang di bawah kakiku!” jawabnya dengan ketus.

Aku pun mengambil bawang tersebut. Aduh mataku perih. Hey, ada tulisan di bawang itu. Aku pun membacanya sambil menahan perih.

Dear Bawang, Setiap hari Chant marah-marah ke aku
–Quing Ling.
Lalu aku pun memutar bawang tersebut. Wah ada lagi.

Dear Bawang, kau tahu kan kalau aku sebenarnya cowok?
 –Quing Ling

Apa?! Akupun kaget dan aku tanpa sengaja menjatuhkan bawang tersebut. Tanpa kusangka, bawang tersebut meledak dan membuat sekolah kita terbakar. Semua guru, murid, dan OB pun meninggal.

No comments:

Post a Comment